Kamis, 16 Januari 2014

fungsi dan manfaat media pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkatan kualitas hidup manusia. Lembaga pendidikan formal, seperti sekolah, memegang peran penting dalam proses pendidikan. Guru-guru sebagai tenaga pendidik juga berperan menyediakan dan memberikan failitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa dalam meningkatkan cara dan hasil belajarnya.
Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar yaitu untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga pelajaran tidak monoton dan menyebabkan siswa jenuh.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika akan lebih efektif dengan menggunakan media yang berbeda secara berkelanjutan. Maksudnya adalah pembelajaran akan lebih efektif jika penggunaan media pembelajaran tersebut tidak monoton, tetapi divariasikan dengan media yang lainnya. Sehingga diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih berminat dalam mengikuti pelajaran, karena dengan penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B.       Rumusan Masalah
Karena banyaknya masalah yang melatarbelakangi penyusun dalam menyusun makalah ini, maka penyusun membuat batasan-batasan masalah untuk mempermudah dalam menyusun makalah ini, yang kemudian akan di bahas pada bab ke-2. Batasan-batasan tersebut antara lain :
1.    Apa dasar analisis fungsi media pembelajaran?
2.    Apa saja fungsi media pembelajaran?
3.    Apa manfaat dari media pembelajaran?

C.      Tujuan Penyusunan
Pada dasarnya tujuan penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Media Pembelajaran Matematika dan untuk menambah bahan bacaan bagi pendidik, peserta didik, orang tua, pengguna dan pemerintah dalam rangka membantu anak didik mempelajari dan memahami teori belajar yang tepat. Selain itu, tulisan ini diarahkan untuk menambah khazanah keilmuan tentang fungsi dan manfaat media pembelajaran, sedangkan tujuan khusus dari penyusunan makalah ini meliputi:
1.    Untuk mengetahui dasar analisis fungsi media pembelajaran;
2.    Untuk mengetahui macam-macam fungsi media pembelajaran.
3.    Untuk mengetahui manfaat media pembelajaran.

D.      Metode Penyusunan
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusunannya dengan cara pencarian dan pengumpulan data dari beberapa sumber mengenai materi terkait.

E.       Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Bagian pertama pendahuluan. Bagian ini memaparkan beberapa pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalahan utama. Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah, metode penyusunan makalah, dan sistematika penyusunan makalah.
Bagian kedua, pembahasan. Bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dan dipahami dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha unuk mendeskripsikan dengan jelas dari berbagai materi yang telah ditemukan dari sumber-sumber.
Bagian ketiga, kesimpulan dan saran. Bagian ini berisi pendapat dari penyusun terhadap semua materi.



















BAB II
FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN

A.      Dasar Analisis Fungsi Media Pembelajaran
Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan terhadap dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunaannya.
Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga, fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, (2) fungsi semantik, dan (3) fungsi manipulatif.
Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (anak didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural. Dengan demikian terdapat lima fungsi media pembelajaran.
Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek yang ditimbulkannya.
Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah kemampuannya merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek. Kemudian, yang dimaksud bahasa yang dipakai menyampaiakan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Efek yang ditimbulkannya, bentuk konkrit dari efek ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan, baik perubahan itu secara individu maupun secara kelompok. Dan ini merupakan tujuan utama media, yakni mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (adanya perubahan tingkah laku). Oleh karena kami akan membahas dua fungsi media yang didasarkan pada penggunanya (berdasarkan efek), yakni fungsi psikologis dan fungsi sosio-kultural. Perlu diingat perubahan tingkah laku secara kelompok tersebut diawali oleh perubahan tingkah laku secara individu.
B.       Fungsi Media Pembelajaran
1.         Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.
Media pembelajaran adalah “bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.
Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Pemahaman di atas sejalan dengan pernyataan Edgar Dale (Ahmad Rohani, 1997:102) bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya adanya perubahan tingkah laku kearah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.







Digram F. J Brown sebagaimana dikutif L. D. Crow and A. Crow, (1989:147) menunjukkan pengalaman dan interaksi anak yang meluas, seperti tampak dibawah ini:
Diagram Perluasan Pengalaman dan Interaksi Anak Menurut F.J. Brown
(L.D. Crow and A. Crow, (1989: 147))
(Tanda panah yang tebal menggambarkan pentingnya interaksi yang mungkin relatif antara anak dengan berbagai individu dan kelompok)

Pada usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, anak didik telah mencapai tingkat kesadaran sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannya dengan keluarganya, kawan-kawan sekolahnya (orang-orang dewassa dan anak-anak), kelompok-kelompok keagamaan dan masyarakat, dan media sosialisasi lainnya, seperti film, cara radio, buku, dan majalah, itu semua adalah sumber belajar bagi anak bersangkutan. Selama perkembangan horizonnya, maka dia pun semakin bertambah mampu memasuki dunia sosialnya bukan hanya orang-orang atau objek-objek yang ada dalam lingkungannya yang dekat tetapi juga melalui saluran buku, film, televise, dan lain sebagainya, yang jauh lagi berbeda-beda pola sosial dan kebudayaannya.

2.         Fungsi Semantik
Fungsi sematik yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar harimau dapat dipakai sebagai simbol keberanian, seperti digunakan oleh masyarakat Kota Bandung (Maung Bandung). Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukkan kepada binatang buas. Hubungan antara kata, makna dan perujukan menjadi amat jelas, yakni “makna” tidak melekat pada “kata”, “kata” hanya bermkna” bila telah dirujukkan kepada sejumlah referen.
Manusia yang memberi makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang memberi makna pada setiap kata yang disampaikannya. Bila simbol-simbol kata verbal tersebut hanya merujuk pada benda, misalnya Candi Borobudur, Big Ben di London, jantung manusia, atau ikan paus, maka masalah komunikasi akan menjadi sederhana, artinya guru tidak terlalu kesulitan untuk menjelaskannya. Ia bisa menjelaskan kata verbal itu dengan menghadirkan photo Candi Borobudur dan Big Ben, mock up jantung manusia, dan gambar ikan paus.
Bila kata tersebut merujuk pada peristiwa, sifat sesuai tindakan, hubungan konsep dan lain-lain, misalnya kata iman, etika, akhlak, atau tanggung jawab, maka masalah komunikasi menjadi tambah rumit, yakni bila komunikasinya melalui bahasa verbal. Namun bagi guru yang kreatif dan mampu mendayagunakan media pembelajaran secara tepat hal itu dapat dengan mudah diatasi, yakni dengan memberikan penjelasan melalui bahasa dramatisasi, simulasi, cerita (mendongeng), cerita bergambar, dan lain-lain.

3.         Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.
Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu:
a.              Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.
b.             Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat, seperti proses metamorfosis, proses berang-berang membangun bendungan dan sarangnya, dan proses ibadah haji.
c.              Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama pada mata pelajaran sejarah).

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu:
a.         Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom dan lain-lain, yakni dengan memanfaatkan gambar, film, dan lain-lain.
b.         Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorphosis. Hal ini dapat memanfaatkan gambar.
c.         Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperrti cara membaca Alquran sesuai dengan kaidah tajwid, belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan bermusik, yakni dengan memanfaatkan kaset (tape recorder).
d.        Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dan lain-lain.

4.         Fungsi Psikologis
a.    Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lainnya.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran akan semakin besar.
Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa. Dalam psikologi komunikasi, ketika kita memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya- disebut perhatian selektif/selective attention (Jalaluddin Rakhmat, 1985: 67).

b.   Fungsi Afektif
Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan persaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perngakat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin (Jahja Qahar, 1982:11).
Perlu diingat bahwa antara tingkah laku afektif  dengan tingkah laku kognitif  selalu berjalin erat. Pemisahan antara keduanya hanyalah perbedaan tekanan.
Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju pada pelajaran yang diikutinya. Hal lain dari penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran secara suka rela, ini merupakan reaksi siswa terhadap rangsangan yang diterimanya. Apabila hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, maka tidak menutup kemungkinan dalam jiwanya melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang diperolehnya, dan pada tingkat tertentu nilai-nilai atau norma-norma itu akan diterimanya dan diyakininya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, ide dan sikap menjadi sistem batin yang konsiste yang disebut karakterisasi (krathwokl,et.al sebagi dikutip Jahja Qohar, 1982:11-12). Pada tingkat ini siswa dapat memperkuat falsafah hidupnya dan mempunyai nilai-nilai yang membimbing hidupnya.

c.    Fungsi Kognitif
Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang besikap mental (WS. Winkel, 1989:42). Misalnya, seorang siswa yang belajar melalui peristiwa seperti darmawisata, ia mampu menceritakan pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada temannya. Tempat yang ia kunjungi selama berdarmawisata tidak dibawa pulang, dan dirinya sendiri tidak hadir saat darmawaisata itu saat ia bercerita kepada temannya tersebut. Tetapi, semua pengalamanya tercatat dalam benaknya dalam bentuk gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu dituangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada temannya yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, pengalamannya selama berkunjung ke tempat-tempat darmawisata diwakilkan atau direpresentasikan dalam bentuk gagasan dan tanggapan yang keduanya bersikap mental. Jelaslah kiranya media pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas alam pikira kognitifnya. Pembahasan tentang aktivitas kognitif ini, meliputi persepsi, mengingat dan berfikir.


d.   Fungsi Imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinsi (imagination) berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (C.P. Chaplin, 1993:239) adalah proses menciptakan objek tau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagi rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran –pikiran autistik.
Pengarang cerita anak-anak, Dwinto Setyawan sebagaimana dikutip Tri Agung Kristanto (Shinta Rahmawati, 2001:15) menandaskan, orag dewasa seharusnya jangn mematikan imajinasi dan fantasi anak. Kalau anak-anak berfantassi tentang robot, pesawat angkasa luar atau cerita lainnya hendaknya jangan dilarang, lalu dipaksa untuk menyesuaikan denga imajinasi dan fantasi yang dimilki orang dewasa. Imajinasi yang dimiliki anak-anak berbeda dengan imajinasi orang dewas.
Seniman Leonardo da Vinci, demikian menurut Tri Agung Kristanto (Shinta Rahmawati, 2001:16) adalah contoh orang yang memiliki imajinasi dan fantasi yang sangat tinggi. Jauh sebelum helikopter dan pesawat terbang ada sekarang, Leonardo da Vinci sudah menungkannya dalam bentuk gambar.

e.    Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru dapat memotivasi siswanya deangan cara membangkitkat minat belajarnya dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan.
Donald O. Hebb (Aminuddin Rasyad, 2003:93) menyebut cara pertama dengan arousal dan kedua dengan expectancy. Yang pertama aurosal  adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intristic motive  siswanya, sedangkan yang kedua expectacy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang dimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatanmedia pembelajaran yang tepat guna.

f.     Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

5.         Fungsi Sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40 orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman dan lain-lain. Sedangkan dipihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan menghadapi hal itu terlebih dia harus mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang dirinya (guru) baik adat budaya, lingkunagan, dan pengalamannya berbeda dengan para siswanya. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

C.      Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Encyclopedia of Educational Research, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut:
1.         Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
2.         Memperbesar perhatian siswa.
3.         Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran    lebih mantap.
4.         Memberikan pengalaman yang nyata.
5.         Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
6.         Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
7.         Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
8.         Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
9.         Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
10.     Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.

Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997: 245) adalah:
1.         Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).
2.         Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3.         Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
4.         Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa sebagai berikut :
1.         Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.         Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3.         Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4.         Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.









BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.         Dasar Analisis Fungsi Media Pembelajaran
Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan terhadap dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunaannya.
Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga, fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar;(2) fungsi semantik, dan (3) fungsi manipulatif.
Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (anak didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural. Dengan demikian terdapat lima fungsi media pembelajaran.

2.         Fungsi Media Pembelajaran
a.    Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.
Media pembelajaran adalah “bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.

b.   Fungsi Semantik
Fungsi semantik yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).


c.       Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

d.      Fungsi Psikologis
1)   Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar.
Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa. Kemungkinan siswa dapat memperoleh dan mengingat isi pelajaran akan semakin besar.

2)     Fungsi Afektif
Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan persaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perngakat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin (Jahja Qahar, 1982:11)
Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan.

3)      Fungsi Kognitif
Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristwa.
Pembahasan tentang aktivitas kognitif ini, meliputi persepsi, mengingat dan berfikir.

4)      Fungsi Imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinsi (imagination) berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (C.P. Chaplin, 1993:239) adalah proses menciptakan objek tau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran autistik.

5)      Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru dapat memotivasi siswanya deangan cara membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan.

6)      Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

e.       Fungsi Sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.
Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40 orang). Sedangkan dipihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa.
Media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

3.         Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997:245) adalah:
a.         Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).
b.        Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c.         Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
d.        Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

B.       Saran
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga pelajaran tidak monoton dan menyebabkan siswa jenuh.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika akan lebih efektif jika penggunaan media pembelajaran tersebut tidak monoton, tetapi divariasikan dengan media yang lainnya. Sehingga diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih berminat dalam mengikuti pelajaran, karena dengan penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penulis menyadari bahwa isi dan sistematika penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca.
























DAFTAR PUSTAKA

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press.
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A. 2008. MEDIA PEMBELAJARAN. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar