BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu
sarana peningkatan kualitas hidup manusia. Lembaga pendidikan formal, seperti
sekolah, memegang peran penting dalam proses pendidikan. Guru-guru sebagai
tenaga pendidik juga berperan menyediakan dan memberikan failitas untuk
memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat menciptakan
kegiatan-kegiatan yang membantu siswa dalam meningkatkan cara dan hasil
belajarnya.
Pendidik perlu menyusun dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan
pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar yaitu untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam
membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya menggunakan media
pembelajaran yang menarik sehingga pelajaran tidak monoton dan menyebabkan
siswa jenuh.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika akan lebih efektif dengan menggunakan media yang berbeda secara
berkelanjutan. Maksudnya adalah pembelajaran akan lebih efektif jika penggunaan
media pembelajaran tersebut tidak monoton, tetapi divariasikan dengan media yang
lainnya. Sehingga diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih berminat dalam
mengikuti pelajaran, karena dengan penggunaan media pendidikan dalam
pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
B.
Rumusan Masalah
Karena
banyaknya masalah yang melatarbelakangi penyusun
dalam menyusun makalah ini, maka penyusun
membuat batasan-batasan masalah untuk mempermudah dalam menyusun makalah ini,
yang kemudian akan di bahas pada bab ke-2. Batasan-batasan tersebut antara lain :
1.
Apa dasar analisis fungsi media pembelajaran?
2. Apa saja fungsi
media pembelajaran?
3.
Apa manfaat dari media pembelajaran?
C.
Tujuan Penyusunan
Pada
dasarnya tujuan penyusunan
makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan
umum adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media
Pembelajaran Matematika dan untuk menambah bahan bacaan bagi
pendidik, peserta didik, orang tua, pengguna dan pemerintah dalam rangka
membantu anak didik mempelajari dan memahami teori belajar yang tepat. Selain
itu, tulisan ini diarahkan untuk menambah khazanah keilmuan tentang fungsi dan
manfaat media pembelajaran, sedangkan tujuan
khusus dari penyusunan makalah ini meliputi:
1.
Untuk mengetahui
dasar analisis fungsi media pembelajaran;
2.
Untuk mengetahui
macam-macam fungsi media pembelajaran.
3.
Untuk mengetahui
manfaat media pembelajaran.
D.
Metode Penyusunan
Dalam
proses penyusunan makalah ini, penyusunannya
dengan cara pencarian dan pengumpulan data dari beberapa sumber mengenai materi
terkait.
E.
Sistematika Penyusunan
Sistematika
penyusunan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Bagian
pertama pendahuluan. Bagian ini memaparkan beberapa pokok permasalahan awal
yang berhubungan erat dengan permasalahan utama. Pada bagian pendahuluan ini
dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah, metode penyusunan makalah, dan
sistematika penyusunan
makalah.
Bagian kedua, pembahasan. Bagian ini
merupakan bagian utama yang hendak dikaji dan dipahami dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha unuk
mendeskripsikan dengan jelas dari berbagai materi yang telah ditemukan dari
sumber-sumber.
Bagian ketiga, kesimpulan dan saran. Bagian ini berisi
pendapat dari penyusun
terhadap semua materi.
BAB II
FUNGSI
DAN
MANFAAT MEDIA
PEMBELAJARAN
A.
Dasar
Analisis Fungsi Media Pembelajaran
Analisis
terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan terhadap dua hal, yakni
analisis fungsi yang didasarkan pada
medianya dan didasarkan pada penggunaannya.
Pertama, analisis
fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga, fungsi media pembelajaran,
yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, (2) fungsi semantik,
dan (3) fungsi manipulatif.
Kedua, analisis
fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (anak didik) terdapat dua fungsi,
yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural. Dengan demikian
terdapat lima fungsi media pembelajaran.
Pada
dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.
Fungsi-fungsi yang lain merupakan pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang
dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek yang
ditimbulkannya.
Ciri-ciri
(karakteristik) umum media yang dimaksud adalah kemampuannya merekam,
menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu peristiwa
atau objek. Kemudian, yang dimaksud bahasa yang dipakai menyampaiakan pesan
adalah bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Efek
yang ditimbulkannya, bentuk konkrit dari efek ini adalah terjadinya perubahan
tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan, baik perubahan itu
secara individu maupun secara kelompok. Dan ini merupakan tujuan utama media,
yakni mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan (adanya perubahan tingkah laku). Oleh karena kami akan membahas dua fungsi
media yang didasarkan pada penggunanya (berdasarkan efek), yakni fungsi
psikologis dan fungsi sosio-kultural. Perlu diingat perubahan tingkah laku
secara kelompok tersebut diawali oleh perubahan tingkah laku secara individu.
B.
Fungsi
Media Pembelajaran
1.
Fungsi
Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Secara
teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat
“sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur,
penyampai, penghubung dan lain-lain.
Media pembelajaran
adalah “bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat
menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.
Mudhoffir
dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip
Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber
belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan,
yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian
sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan
(memudahkan) terjadinya proses belajar.
Pemahaman
di atas sejalan dengan pernyataan Edgar Dale (Ahmad Rohani, 1997:102) bahwa
sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas,
yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami, yang
dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya adanya perubahan tingkah laku
kearah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Digram
F. J Brown sebagaimana dikutif L. D. Crow and A. Crow, (1989:147) menunjukkan
pengalaman dan interaksi anak yang meluas, seperti tampak dibawah ini:
Diagram Perluasan Pengalaman dan Interaksi Anak Menurut
F.J. Brown
(L.D. Crow and A. Crow, (1989: 147))
(Tanda panah yang tebal
menggambarkan pentingnya interaksi yang mungkin relatif antara anak dengan
berbagai individu dan kelompok)
Pada
usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, anak didik telah
mencapai tingkat kesadaran sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannya dengan
keluarganya, kawan-kawan sekolahnya (orang-orang dewassa dan anak-anak),
kelompok-kelompok keagamaan dan masyarakat, dan media sosialisasi lainnya,
seperti film, cara radio, buku, dan majalah, itu semua adalah sumber belajar
bagi anak bersangkutan. Selama perkembangan horizonnya, maka dia pun semakin
bertambah mampu memasuki dunia sosialnya bukan hanya orang-orang atau
objek-objek yang ada dalam lingkungannya yang dekat tetapi juga melalui saluran
buku, film, televise, dan lain sebagainya, yang jauh lagi berbeda-beda pola
sosial dan kebudayaannya.
2.
Fungsi
Semantik
Fungsi sematik yakni kemampuan media dalam menambah
perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar
dipahami anak didik (tidak verbalistik).
Seperti telah disinggung sebelumnya
bahwa bahasa meliputi lambang (symbol)
dan isi (content) yakni pikiran dan
atau perasaan yang
keduanya telah menjadi totalitas pesan (message),
yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah “kata”. Kata
atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar
harimau dapat dipakai sebagai simbol keberanian, seperti digunakan oleh
masyarakat Kota Bandung (Maung Bandung).
Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukkan kepada binatang buas. Hubungan
antara kata, makna dan perujukan menjadi amat jelas, yakni “makna” tidak
melekat pada “kata”,
“kata” hanya “bermkna”
bila telah dirujukkan kepada sejumlah referen.
Manusia
yang memberi makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan pembelajaran,
gurulah yang memberi makna
pada setiap kata yang disampaikannya. Bila simbol-simbol kata verbal tersebut
hanya merujuk pada benda, misalnya Candi Borobudur, Big Ben di London, jantung
manusia, atau ikan paus, maka masalah komunikasi akan menjadi sederhana,
artinya guru tidak terlalu
kesulitan untuk menjelaskannya. Ia bisa menjelaskan kata verbal itu dengan
menghadirkan photo Candi Borobudur dan Big Ben, mock up jantung manusia, dan gambar ikan paus.
Bila
kata tersebut merujuk pada peristiwa, sifat sesuai tindakan, hubungan konsep dan lain-lain, misalnya
kata iman, etika, akhlak, atau tanggung jawab, maka masalah komunikasi menjadi
tambah rumit, yakni bila komunikasinya melalui bahasa verbal. Namun bagi guru
yang kreatif dan mampu mendayagunakan media pembelajaran secara tepat hal itu
dapat dengan mudah diatasi, yakni dengan memberikan penjelasan melalui bahasa
dramatisasi, simulasi, cerita (mendongeng), cerita bergambar, dan lain-lain.
3.
Fungsi
Manipulatif
Fungsi
manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan
karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi
batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.
Pertama, kemampuan
media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu:
a.
Kemampuan media menghadirkan
objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti
peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.
b.
Kemampuan media
menghadirkan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat,
seperti proses metamorfosis, proses berang-berang membangun bendungan dan
sarangnya, dan proses ibadah haji.
c.
Kemampuan media
menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama pada
mata pelajaran sejarah).
Kedua,
kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia,
yaitu:
a.
Membantu siswa dalam
memahami objek yang
sulit diamati karena
terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom dan lain-lain, yakni dengan
memanfaatkan gambar, film, dan lain-lain.
b.
Membantu siswa dalam
memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorphosis. Hal ini dapat
memanfaatkan gambar.
c.
Membantu siswa dalam
memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperrti cara membaca Alquran
sesuai dengan kaidah tajwid, belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan
bermusik, yakni dengan memanfaatkan kaset (tape
recorder).
d.
Membantu siswa dalam
memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram,
peta, grafik, dan lain-lain.
4.
Fungsi
Psikologis
a.
Fungsi
Atensi
Media
pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention)
siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni
sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang
datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan
perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang
rangsangan-rangsangan lainnya.
Fungsi
atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada
awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran
itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga
mereka tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan
melalui overhead projector dapat
menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima. Kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran akan semakin besar.
Dengan
demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang
mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa. Dalam psikologi komunikasi, ketika
kita memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya-
disebut perhatian selektif/selective
attention (Jalaluddin Rakhmat, 1985: 67).
b.
Fungsi
Afektif
Fungsi
afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan
siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan
kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan persaan minat, sikap
penghargaan, nilai-nilai, dan perngakat emosi atau kecenderungan-kecenderungan
batin (Jahja Qahar, 1982:11).
Perlu
diingat bahwa antara tingkah laku afektif
dengan tingkah laku kognitif
selalu berjalin erat. Pemisahan antara keduanya hanyalah perbedaan
tekanan.
Media
pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa
terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan.
Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk
menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju pada
pelajaran yang diikutinya. Hal lain dari penerimaan itu adalah
munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam keseluruhan proses
pembelajaran secara suka rela, ini merupakan reaksi siswa terhadap rangsangan
yang diterimanya. Apabila hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, maka tidak menutup
kemungkinan dalam jiwanya melakukan
penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang
diperolehnya, dan pada tingkat tertentu nilai-nilai atau norma-norma itu akan
diterimanya dan diyakininya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai-nilai,
norma-norma, kepercayaan, ide dan sikap menjadi sistem batin yang konsiste yang
disebut karakterisasi (krathwokl,et.al sebagi
dikutip Jahja Qohar, 1982:11-12). Pada tingkat ini siswa dapat memperkuat
falsafah hidupnya dan mempunyai nilai-nilai yang membimbing hidupnya.
c.
Fungsi
Kognitif
Siswa yang belajar melalui media
pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang
mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau
kejadian/peristwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi
semuanya merupakan sesuatu yang besikap mental (WS. Winkel, 1989:42). Misalnya, seorang siswa
yang belajar melalui peristiwa seperti darmawisata, ia mampu menceritakan pengalamannya
selama melakukan kegiatan itu kepada temannya. Tempat yang ia kunjungi selama
berdarmawisata tidak dibawa
pulang, dan dirinya sendiri tidak
hadir saat darmawaisata itu
saat ia bercerita kepada temannya tersebut. Tetapi, semua pengalamanya tercatat
dalam benaknya dalam bentuk gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan. Gagasan
dan tanggapan itu dituangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada temannya
yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, pengalamannya selama berkunjung
ke tempat-tempat darmawisata diwakilkan atau direpresentasikan dalam bentuk
gagasan dan tanggapan yang keduanya bersikap mental. Jelaslah kiranya media
pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa.
Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran dan
gagasan yang dimilikinya, atau
semakin kaya dan luas alam pikira kognitifnya. Pembahasan tentang aktivitas
kognitif ini, meliputi persepsi, mengingat dan berfikir.
d.
Fungsi
Imajinatif
Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinsi (imagination) berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (C.P. Chaplin,
1993:239) adalah
proses menciptakan objek tau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris.
Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagi rencana
bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang
didominasi kuat sekali oleh pikiran –pikiran autistik.
Pengarang
cerita anak-anak, Dwinto Setyawan sebagaimana dikutip Tri Agung Kristanto
(Shinta Rahmawati, 2001:15) menandaskan, orag dewasa seharusnya jangn mematikan
imajinasi dan fantasi anak. Kalau anak-anak berfantassi tentang robot, pesawat
angkasa luar atau cerita lainnya hendaknya jangan dilarang, lalu dipaksa untuk
menyesuaikan denga imajinasi dan fantasi yang dimilki orang dewasa. Imajinasi
yang dimiliki anak-anak berbeda dengan imajinasi orang dewas.
Seniman
Leonardo da Vinci, demikian menurut Tri Agung Kristanto (Shinta Rahmawati,
2001:16) adalah contoh orang yang memiliki imajinasi dan fantasi yang sangat
tinggi. Jauh sebelum helikopter dan pesawat terbang ada sekarang, Leonardo da
Vinci sudah menungkannya dalam bentuk gambar.
e.
Fungsi
Motivasi
Motivasi merupakan seni mendorong siswa
untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal
ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara
sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru
dapat memotivasi siswanya deangan cara membangkitkat minat belajarnya dengan
cara memberikan dan menimbulkan harapan.
Donald
O. Hebb (Aminuddin Rasyad, 2003:93) menyebut cara pertama dengan arousal dan kedua dengan expectancy. Yang pertama aurosal adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intristic motive siswanya, sedangkan yang kedua expectacy adalah suatu keyakinan yang
secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat
atau tujuan dapat menjadi motivasi yang dimbulkan guru ke dalam diri siswa.
Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang
dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui
pemanfaatanmedia pembelajaran yang tepat guna.
f.
Fungsi Kompensatoris
Fungsi
kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
5.
Fungsi
Sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari
sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta
komunikasi pembelajaran. bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki
jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40 orang). Mereka
masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan
dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman dan lain-lain. Sedangkan dipihak
lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk
setiap siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan menghadapi hal itu
terlebih dia harus mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang dirinya
(guru) baik adat budaya, lingkunagan, dan pengalamannya berbeda dengan para
siswanya. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media
pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
C.
Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Encyclopedia of Educational Research, nilai atau
manfaat media pendidikan
adalah sebagai berikut:
1.
Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
2.
Memperbesar perhatian siswa.
3.
Meletakkan dasar yang penting untuk
perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
4.
Memberikan pengalaman yang nyata.
5.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur
dan kontinu.
6.
Membantu tumbuhnya pengertian dan
dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
7.
Memberikan pengalaman yang tidak
diperoleh dengan cara yang lain.
8.
Media pendidikan memungkinkan
terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
9.
Media pendidikan memberikan
pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
10. Media
pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.
Secara umum manfaat media pembelajaran
menurut Harjanto (1997: 245) adalah:
1.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu
kata-katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3.
Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
4.
Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Alasan media
pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa sebagai berikut :
1.
Pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.
Bahan pembelajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3.
Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4.
Siswa dapat lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Dasar
Analisis Fungsi Media Pembelajaran
Analisis
terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan terhadap dua hal, yakni
analisis fungsi yang didasarkan pada
medianya dan didasarkan pada penggunaannya.
Pertama, analisis
fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga, fungsi media pembelajaran,
yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar;(2) fungsi
semantik, dan (3) fungsi manipulatif.
Kedua, analisis
fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (anak didik) terdapat dua fungsi,
yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural. Dengan demikian
terdapat lima fungsi media pembelajaran.
2.
Fungsi
Media Pembelajaran
a.
Fungsi
Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Secara
teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat
“sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur,
penyampai, penghubung dan lain-lain.
Media pembelajaran
adalah “bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat
menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.
b.
Fungsi
Semantik
Fungsi semantik yakni kemampuan media
dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya
benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).
c.
Fungsi
Manipulatif
Fungsi
manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan
karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi
batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.
d.
Fungsi
Psikologis
1)
Fungsi
Atensi
Media
pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention)
siswa terhadap materi ajar.
Dengan
demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang
mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa. Kemungkinan siswa dapat memperoleh dan mengingat isi pelajaran akan semakin besar.
2)
Fungsi
Afektif
Fungsi
afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan
siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan
kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan persaan minat, sikap
penghargaan, nilai-nilai, dan perngakat emosi atau kecenderungan-kecenderungan
batin (Jahja Qahar, 1982:11)
Media
pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa
terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan.
3)
Fungsi
Kognitif
Siswa yang belajar
melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk
representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa
orang, benda, atau kejadian/peristwa.
Pembahasan
tentang aktivitas kognitif ini, meliputi persepsi, mengingat dan berfikir.
4)
Fungsi
Imajinatif
Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinsi (imagination) berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (C.P. Chaplin,
1993:239) adalah
proses menciptakan objek tau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi
ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa
mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi
kuat sekali oleh pikiran-pikiran
autistik.
5)
Fungsi
Motivasi
Motivasi merupakan seni mendorong siswa
untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal
ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara
sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru
dapat memotivasi siswanya deangan cara membangkitkan minat belajarnya
dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan.
6)
Fungsi Kompensatoris
Fungsi
kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali.
e.
Fungsi
Sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari
sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta
komunikasi pembelajaran.
Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa
yang memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40
orang). Sedangkan dipihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan
diberlakukan secara sama untuk setiap siswa.
Media pembelajaran memiliki kemampuan
dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
3.
Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran
menurut Harjanto (1997:245) adalah:
a.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu
kata-katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).
b.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c.
Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
d.
Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
B.
Saran
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya menggunakan
media pembelajaran yang menarik sehingga pelajaran tidak monoton dan
menyebabkan siswa jenuh.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika akan lebih efektif jika penggunaan media pembelajaran tersebut tidak
monoton, tetapi divariasikan dengan media yang lainnya. Sehingga diharapkan
dapat membantu siswa untuk lebih berminat dalam mengikuti pelajaran, karena
dengan penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa
dalam menerima pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penulis menyadari bahwa isi dan sistematika penulisan makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan makalah ini penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Munadi,
Yudhi. 2008. Media Pembelajaran.
Jakarta: GP Press.
Prof.
Dr. Azhar Arsyad, M. A. 2008. MEDIA
PEMBELAJARAN. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar