Kamis, 16 Januari 2014

taksonomi media pembelajaran




BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
Salah satu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan semakin memberi sumbangan bagi perkembangan pendidikan di tanah air ialah bidang teknologi. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya pengembangan, tentu saja sangat banyak tergantung pada jumlah dan kemampuan para ahli dalam bidang teknologi.
Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Pengertian media ini masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media atu bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut (AECT,1977).
Dengan masuknya berbagai pengaruh kedalam khazanah pendidikan seperti ilmu cetak mencetak, tingkah laku (Behaviorisme), komunikasi dan laju perkembangan teknologi elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format (modul cetak, film, televisi, film bingkai, film rangkai, program radio, komputer dan seterusnya) masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya sendiri.

B.       RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Taksonomi Media Pembelajaran“, untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini permasalahan dibatasi pada:
1.    Apa itu  Taksonomi?
2.    Bagaimana pendapat Taksonomi Media menurut para ahli?
3.    Apa sajakah perbedaan Taksonomi menurut Pendapat Ahli?
C.      TUJUAN PENYUSUNAN
Pada dasarnya tujuan penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran Matematika, sedangkan tujuan khusus dari penyusunan makalah ini meliputi:
1.    Agar mengetahui pengertian taksonomi dalam pembelajaran matematika.
2.    Dapat mengklasifikasi media pembelajaran matematika menurut para ahli.
3.    Dapat mengetahui perbedaan taksonomi menurut para ahli.

D.      METODE PENYUSUNAN
Dalam proses penyusunan makalah ini penulisannya dengan cara pencarian dan pengumpulan data dari beberapa sumber mengenai materi terkait, setelah itu diambil suatu kesimpulan melalui hasil diskusi di kelas.

E.       SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Bagian pertama, pendahuluan. Bagian ini memaparkan beberapa pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalahan utama. Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah, metode penyusunan makalah dan sistematika penyusunan makalah.
Bagian kedua, pembahasan. Bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dan dipahami dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha untuk mendeskripsikan dengan jelas dari berbagai materi yang telah ditemukan dari sumber-sumber.
Bagian ketiga, kesimpulan. Bagian ini berisi pendapat dari penyusun (kelompok) terhadap semua materi yang ada pada pembahasan juga berisi kesimpulan dari semua orang yang ada pada penyampaian makalah.



TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN


A.      Pengertian Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Adapun taksonomi dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai “Taksonomi Bloom”.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan. Di dalam proses belajar mengajar pesan tersebut berupa materi ajar yang disampaikan oleh dosen/guru, sedang saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi ajar adalah media pembelajaran atau disebut juga sebagai media instruksional. Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar, (4) membangkitkan motivasi pada subjek belajar. Untuk mendapatkan gambaran yang agak rinci tentang macam-macam media pembelajaran, perlu diadakan pembahasan seperlunya tentang taksonomi media pembelajaran.

B.       Taksonomi Media Menurut Pendapat Ahli
1.    Taksonomi Media Menurut Edling (Berdasarkan Rangsangan Belajar)
Banyak taksonomi dengan berbagai pendekatan dibuat oleh para ahli media, diantaranya Edling yang dalam usahanya ini beranggapan bahwa siswa, rangsangan belajar dan tanggapan merupkan variable kegiatan belajar dengan media. Ia berpandangan bahwa pendekatan menurut model Guilford dan Bloom cukup memadai untuk mengklasifikasikan dimensi siswa dan tanggapan, karena itu ia dalam usahanya hanya memusatkan pada variable rangsangan saja.


Menurut Edling media merupakan bagian dari unsur-unsur rangsangan belajar, yaitu dua unsur untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjek audio, dan kodifikasi objek visual, dua unsur pengalaman belajar tiga dimensi, meliputi: pengalaman langsung dengan orang, dan pengalaman langsung dengan benda-benda Dipandang dari banyaknya isyarat yang diperlukan, pengalaman subjektif, objektif, dan langsung menurut Edling merupakan suatu kontinum kesinambungan pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalaman menurut Edgar Dale.
2.    Taksonomi Media Menurut Gagne (Berdasrkan Fungsi Pembelajaran)
Taksonomi lainnya dilakukan oleg Gagne , yakni seperti tampak pada gambar berikut:

MEDIA
Fungsi
Demonstrasi
Penyampaian Lisan
Media Cetak
Gambar Diam
Gambar Gerak
Film Dengan Suara
Mesin Pembelajaran
















Stimulus
Ya
Terbatas
Terbatas
Ya
Ya
Ya
Ya
Pengarahan perhatian/ kegiatan
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Kemampuan terbatas yang diharapkan
Terbatas
Ya
Ya
Terbatas
Terbatas
Ya
Ya
Isyarat eksternal
Terbatas
Ya
Ya
Terbatas
Terbatas
Ya
Ya
Tuntutan cara berpikir
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Alih kemampuan
Terbatas
Ya
Terbatas
Terbatas
Terbatas
Terbatas
Terbatas
Penilaian hasil
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Umpan balik
Terbatas
Ya
Ya
Tidak
Terbatas
Ya
Ya


Gambar 4.2
Taksonomi Menurut Pembelajaran Beberapa Jenis Media
(R.M Gagne, The Condition of Learning, 1965)

Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkannya dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatkan hirarki belajar yang dikembangkannya contoh perilaku belajar, member kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.


3.    Taksonomi Media Menurut Duncan (Menurut Hirarki Pemanfaatan Untuk Pendidikan)
Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan.

Dalam hal ini hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin sulit pengadaanya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya lebih terbatas. Jadi, pada dasarnya hirarki duncan disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media yang dipergunakan.

4.    Taksonomi Menurut Rudy Bretz (Indra yang Terlibat)
Berikutnya adalah menurut Rudy Bretz, dalam usahanya ini ia mencoba membagi media berdasarkan indera yang terlibat, sehingga ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu suara, visual, dan gerak. Unsur suara adalah unsur yang melibatkan indera pendengaran dan visual adalah unsur yang melibatkan indera penglihatan. Bentuk visual dibaginya menjadi gambar, garis (line graphic) dan simbol verbal yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Namun, pada “unsur gerak” tampaknya Brezt tidak mendasarkan “gerak” pada keterlibatan indera tetapi kepada alat-alat yang mendukung media bersangkutan.
Pada klasifikasinya tesebut, ia juga membedakan antara media siar (telecommunication) dengan media rekam (Recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi media, yakni: media audiovisual gerak, audiovisual diam, audio seni gerak, visual gerak, visual diam, semi gerak, audio, dan media cetak seperti tampak dalam gambar berikut:


MEDIA TRANSMISI
SU-ARA
GAM-BAR
GARIS
SIM-BOL
GE-RAK
MEDIA
REKAMAN
AUDIO VISUAL GERAK


ü
ü
ü
ü
ü
Film/Suara
Televisi (TV)
ü
ü
ü
ü
ü
Pita Video, Film TV


ü
ü
ü
ü
ü
Holografi
Gambar/Suara
ü
ü
ü
ü
ü


AUDIO VISUAL DIAM
Slow-Scan TV
Time-Shared TV
ü
ü
ü
ü


TV Diam


ü
ü
ü
ü


Film Rangkai/Suara


ü
ü
ü
ü


Film Bingkai/Suara


ü
ü
ü
ü


Halaman/Suara


ü
ü
ü
ü


Buku Dengan Audio
AUDIO SEMI GERAK
Tulisan Jauh
ü


ü
ü
ü
Rekaman Tulisan Jauh


ü


ü
ü
ü
Audio Pointer
VISUAL GERAK




ü
ü
ü
ü
Film Bisu
VISUAL DIAM




ü
ü
ü


Halaman Cetak




ü
ü
ü


Film Rangkai




ü
ü
ü


Seri Gambar




ü
ü
ü


Microform




ü
ü
ü


Arsip Video
SEMI GERAK
Teleautograph




ü
ü
ü


AUDIO
Telepon Radio
ü








Cakram (piringan) Audio
Pita Audio
CETAK
Teletip






ü


Pia Berlubang

Gambar 4.4
Taksonomi Rudy Brezt (digambar ulang dari Arief S. Sadiman)

Dalam buku ini, jenis-jenis media akan didasarkan pada indera yang terlibat seperti yang telah dilakukan Rudy Brezt, dengan memberikan pengembangan. Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of knowledge) (Aminuddin Rasyad, 2003, h. 116).
Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran (telinga) saja kita sebut sebagai media audio; media yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media visual;  dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita sebut sebagai media audio visual. Kemudian, bila dalam proses pembelajaran tersebut melibatkan banyak indera dalam arti tidak hanya telinga dan mata saja maka yang demikan itu kita namakan sebagai multimedia.
Dengan demikian, media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yakni sebagai audio media visual, media audio visual dan multimedia sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:

Indera yang Terlibat
Nama Media
Sifat
Pesan
Program
(Software)
Penyalur
(Hadware)
Peralatan proyeksi
Pen-dengaran
Media Audio
Audio verbal dan nonverbal
Program Radio
-    Siaran langsung
-    Siaran tunda (rekam)
Radio


Program Audio
Rekam:
-    Sajian bahan diskusi
-    Entertain (musik)
-    Narasi
-    Dongeng
-    Darama, Poetry
-    Pengemb. Kosakata
-    Belajar konsep
-    Model (meniru suara, Nada, dll.)
-    dan lain-lain.
Alat-alat Rekam:
-    Phonograph (Gramaphone)
-    Audio Tape:
·  Open reel tapes (rell-to-reel)
·  Cassete tapes
-    Compact Disc





Pengliha-tan
Media Visual
Visual-Verbal

Visual Nonverbal grafis
Tulisan Verbal

Sketsa, lukisan, photo, grafik, diagram, bagan, peta
Buku
Majalah
Koran
Poster
Modul
Komik
Atlas
Papan Visual
Opaque Projector
Transparasi
OHP


komputer
Digital Projector
Visual Nonver-bal- Tiga Dimensi
Model
Maket (miniatur)


Mock Up (alat tiruan)


Specimen (barang contoh)


Diorama


Pen-dengaran dan Pengliha-tan
Media Audio Visual
Verbal dan Nonverbal, terdengar dan terlihat
Program audio visual:
-     Film Dokumenter
-     Docudokumenter
-     Film Drama
-     dan lain-lain
Film 8 mm, 16 mm, 35 mm
Film Projector
Video:
Pita Magnetik
Video Disc
Chips Memory
Digital Projector
Televisi
Multiin-dera
Multimedia
Penga-laman langsung
Komputer


Pengalaman Berbuat: Lingkungan nyata dan karyawisata


Pengalaman Terlibat: Permainan dan Simulasi, Bermain Peran dan Forum Teater




Gambar 4.5
Taksonomi Media Berdasakan Indra Yang Terlibat

Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio adalah seprti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain.
Jenis-jenis media yang termasuk media ini adalah program radio dan program media rekam (software), yang disalurkan melalui hadware seperti radio dan alat-alat perekam seperti phonograph record(disc recording), audio tape (tape recorder) yang menggunakan pita magnetik (cassete), dan compact disc. Program radio sangat sesuai untuk sasaran dalam jangkauan yang luas; dan dalam dunia pendidikan ia telah digunakan untuk pendidikan jarak jauh. Sedangkan program media rekam sangat mungkin untuk sasaran da;alam jangkauan terbatas, seperti dalam proses pembelajaran di kelas kecil maupun di kelas besar (ruang audiotorium).
Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak verbal, media cetak grafis, dan media visual non-cetak. Pertama, media visual verbal, adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media nonverbal grafisadalah media visual yang memuat  pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis, seperti gambar (sketsa, lukisan, dan photo), grafik, diagram, bagan, dan peta. Ketiga, media visual nonverbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, dan diorama.
Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam bentuk media cetak seperti buku, majalah, koran, modul, komik, poster dan atlas; bisa juga dibuat di atas papan visual seperti papan tulis dan papan pamer (display board); dan bisa dibuat dalam bentuk tayangan, yakni melalui projectable aids atau alat-alat yang mampu memproyeksikan pesan-pesan visual, seperti apaque projector, OHP (overhead projector), digital projector (biasa disebut sebagai LCD atau Infocus).
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan indera penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan nonverbal yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan visual yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti film documenter, film docudokumenter, film drama, dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan seperti film, video, dan juga televise dan dapat disambungkan pada alat proyeksi (projectable aids).
Terakhir, multimedia yakni media yang melibatkan berbagai indera dalam proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui computer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat. Termasuk dalam pengalam berbuat adalah lingkungan nyata dan karyawisata; sedangkan termasuk dalam pengalaman terlibat adalah permainan dan simulasi, bermain peran dan forum teater.    






C.      Perbedaan Pendapat Para Ahli Tentang Taksonomi MediaPembelajaran
Dari Beberapa pendapat ahli media ternyata terdapat perbedaan mengenai taksonomi media berikut perbedaan pendapat pada rahli media

Menurut
Pendapat
Penekanan Pendapat
Rudy Bretz
Mengklasifikasikan  ciri utama media menjadi 3 unsur yaitu: visual, suara dan Gerak
Mengklasifikasikan media menjadi 8 yaitu : Media audiovisual gerak, media audio visual diam, media visual gerak, media visual diam, media semi gerak, madia audio, media cetak
Rudy bretz menekanan Pada media yang digunakan dalam mengajar
Duncan
Hierarki media menurut Duncan memepertimbang kan aspek aspek antar lain : biaya, kelangkaan, keluesan, cakupan sasaran, pengadaan, kemudahan
Duncan menekankan pada pemanfaatan media dalam pemanfaatanya dalam pendidikan menurut kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya, sekin umum sifat penggunanya, sebaliknya semakin mudah dan luwes penggunanya, maka semakin mudah dan luwes penggunanya.
Gagne
Gagne membuat 7 macam pengelompokanmedia yairu : benda untuk didemonstrasikan, komunikasilisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.
Gagne menekankan pada kemampuan siswa memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkan
Endling
Menurut Edling media merupakan bagian dari 6 unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk penglaman  audio yanag meliputi modifikasi visual dan modifikasi obyektif audio
Dalam hal pemilihan media menurut kemampuan siswa berdasarkan kerucut pengalaman menurut edgar dale








BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Taksonomi Media merupakan pengelompokkan suatu media atau teknologi yang berhubungan dengan pendidikan. Adapun taksonomi dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.

B.  Saran
Penulis menyadari bahwa isi dan sistematika penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA


Munadi,Yudhi. 2008. Media pembelajaran. Jakarta: GP Press
Sadiman, Arief S. 2011. Media Pendidikan. Jakarta : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.





1 komentar: