Kamis, 16 Januari 2014

faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Untuk memperjelas pemahaman terhadap proses belajar mengajar, kiranya perlu kami awali dengan menguraikan pengertian belajar secara umum. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Yang dimaksud pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami oleh setiap orang, sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan oleh setiap orang secara berulang-ulang.
Dalam pengertian lainnya, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (leaning is defined as the modification or strengthening of behavior though experiencing), menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Dengan demikian belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing. Dalam proses belajar, untuk mencapai hasil belajar dengan baik di pengaruhi oleh berbagai macam faktor. Maka dari itu kami akan membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
B.       RUMUSAN MASALAH
Karena banyaknya masalah yang melatarbelakangi penyusun dalam menyusun makalah ini, maka penyusun membuat batasan-batasan masalah untuk mempermudah dalam menyusun makalah ini, yang kemudian akan di bahas pada bab ke-2. Batasan-batasan tersebut antara lain:
1.      Apa yang dimaksud proses dan hasil belajar?
2.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?

C.      TUJUAN PENYUSUNAN
Pada dasarnya tujuan penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah   Media Pembelajaran Matematika dan untuk menambah bahan bacaan bagi pendidik, peserta didik, orang tua, pengguna dan pemerintah dalam rangka membantu anak didik mempelajari dan memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Selain itu, tulisan ini diarahkan untuk menambah khazanah keilmuan tentang media pembelajaran diantaranya:
1.         Untuk  mengetahui tentang proses dan hasil belajar.
2.         Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

D.      METODE PENYUSUNAN
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka. Yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber, baik dari buku ataupun internet tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, yang kemudian kami gambungkan menjadi satu dalam satu makalah.





E.       SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Bagian pertama pendahuluan. Bagian ini memaparkan beberapa pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalahan utama.Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah, metode penyusunan makalah, dan sistematika penyusunan makalah.
Bagian kedua, pembahasan. Bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dan dipahami dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha unuk mendeskripsikan dengan jelas dari berbagai materi yang telah ditemukan dari sumber-sumber.
.



















BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR

A.      PENGERTIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1.    Pengertian dan Teori  Belajar
·      Menurut James O, Whittker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.
·      Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
·      Belajar Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).
·         Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
·         Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
·         Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Teori Belajar
Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam praktek, suatu teori belajar tidak dapat diterapkan untuk berbagai situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori mungkin cocok untuk suatu situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.
Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:
1)   Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.
2)   Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.
Berdasarkan kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-teori belajar dibangun yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:
1)   Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.
2)   Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.
Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam aliran:
·      Koneksionis atau asosianisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Penganut aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu stimulus (S) mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.
·      Kognitif atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight (pemahaman/wawasan) merupakan fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.
Kajian tentang belajar berdasarkan psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya mental tertentu. Oleh karena itu, bisa di pahamibila dalam menerapkan teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling menonojol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan mengarang). Motivasi belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk diperhatikan, demikian pula faktor perbedaan  individual dianggap tidak relevan untuk penerapan teori ini. Persoalan transfer (pengalihan) dalam belajar dipandang sebagai sesuatu yang bersifat otomatis. Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka kemampuan ini dapat di transfer pada situasi lain.
Berbeda dengan kajian diatas, aliran behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan). Cabang dari aliran ini adalah koneksionisme atau asosiasi dan organismic atau gestalt.
Menurut teori asosiasi, setiap stimulus mempunyai hubungan (asosiasi, koneksi) dengan respon tertentu. Belajar dalam hal ini adalah membentuk sejumlah ikatan stimulus-respon pada diri individu. Untuk membentuk asosiasi dalam proses belajar mengajar perlu dilakukan latihan secara mekanis, yakni dengan banyak memberikan stimulus sehingga akan memunculkan  respon dari diri individu pembelajar. Stimulus-stimulus itu dapat berupa perangkat lunak atau perangkat keras. Oleh sebab teori ini memandang persolan transfer  dalam belajar itu terbatas, yakni transfer kedalam situasi yang mempunyai unsur identik, maka bahan pelajaran diusahakan menyerupai situasi kehidupan. Dengan demikian hasil belajar berguna bagi siswa, karena dapat ditransfer dalam situasi kehidupan.
Teori koneksionisme menganggap bahwa perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pembiasaan. Pengembangan teori ini sampai kepada munculnya teori kondisioning, yakni classical conditioning (Pavlov) dan operant conditioning (Skinner). Classical conditioning sangat menekankan pentingnya faktor latihan untuk memperoleh respon lain dari suatu stimulus. Teori ini menganggap bahwa latihan yang berulang-ulang dapat menghasilkan suatu perilaku sebagai suatu respon terhadap stimulus, meskipun stimulus itu dalam keadaan biasa mempunyai ikatan dengan respon tertentu yang berbeda dengan respon yang berbeda dengan respon yang dilatihkan atau dibiasakan. Classical conditioning sangat tepat dalam proses mempelajari hal-hal seperti agama, akhlak, adat istiadat, sopan santun, atau bahasa. Pada teori operant conditioning factor hadiah (reward) dalam belajar sangat menonjol. Karena dapat menjadi penguat (reinforcement) terhadap ikatan stimulus-respon. Hadiah itu sendiri ada dua macam, yaitu hadiah yang dating dari luar (extrinsic) seperti pujian, dan hadiah yang dating dari dalam diri sendiri (intrinsic) yakni perasaan puas karena mengetahui bahwa respon yang diberikan terhadap suatu stimulus adalah tepat dan benar.
Teori Gestalt memandang bahwa proses kognitif yang berupa insight (pemahaman atau wawasan) merupakan cirri asasi dari respon manusia yang diberikan dalam menanggapi lingkungan betapapun sederhananya . insight itu sendiri muncul secara tiba-tiba, ketika seseorang dapat melihat atau ketika seseorang dapat memahami inti struktur dalam situasi problematic. Dapat pula dikatakan insight merupakan semacam reorganisasi pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan ide baru, atau memecahkan suatu masalah.
Dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman. Mempelajari suatu mata pelajaran, tidak hanya dilakukan dengan mempelajari jawaban soal, tetapi yang penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil atau jawaban menjadi tepat.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata pemanfaatan media pembelajaran harus mempunyai landasan teori tentang belajar. Karena teori-teori ini dapat member penjelasan tentang proses belajar dalam berbagai situasi. Dengan mengetahui proses belajar media yang dimanfaatkan dapat memberi kemungkinan kepada siswa belajar secara efektif dan efisien. Karena belajar merupakan proses yang rumit dan kompleks serta banyak variable yang mempengaruhi, maka perlu kiranya kita mengetahui juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi baik terhadap proses maupun hasil belajar.

2.    Proses Belajar
Dalam proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah sebagai berikut:
Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Fase - Fase dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :
Ø Fase informasi (tahap penerimaan materi)
Ø Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
Ø Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :
Ø Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
Ø Storage (tahap penyimpanan informasi)
Ø Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

3.    Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.
Dari  pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
Ø Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, etekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Ø Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Ø Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
Ø Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
Ø Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
Ø Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
Ø Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

B.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal  Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.


a.      Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1)      Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Secara umum kondisi fisikologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi, pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.
Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum-minuman kerasakan kesulitan melakukan proses belajar, karena saraf pengomtrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak dapat dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.
 Oleh karena keadaan keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
 Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
a.    Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
b.    Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
c.Istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Bahkan dikatakan oleh Aminnudin Rasyad (2003, h.) pancaindera merupakan ilmu pengetahuan (five sence are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan arau stimuli dealam proses belajar. 
Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yangbersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
2)       Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Setiap manusia atau anak didik pada dasrnya memilki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar, bukan dalam hal jenis. Tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya maisng-masing. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan/intelegensi siswa, motivasi, minat, perhatian, sikap,bakat, dan kognitif dan daya nalar.
-   Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
-       Motivasi
     Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
     Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1.  Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih  luas. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
2.  Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
3.  Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
4.  Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
-Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
-          Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 1991:58). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau fokus pada obyek yang sedang dipelajari.
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.


-    Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya;berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
-   Bakat
     Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
-   Kognitif dan Daya Nalar
Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir.Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya.Penginderaan itu di pengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang sama, ini di tentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan perbendaharaan untuk memperkuat daya persepsinya.Semakin sering ia melibatkan diri dalam berbagai aktifitas, akan semakin kuat daya persepsinya.
Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.Terdapat dua bentuk mengingat yang menarik untuk di perhatikan, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi).Pertama, dalam mengenal kembali (rekognisi), orang berhadapan dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu pernah di jumpai di masa lampau. Misalnya orang mencari film cerita dalam bentuk video compact disk (VCD)  di sebuah rental, pada saat dia mencoba salah satunya, dia ingat bahwa dia pernah menontonnya di televisi, maka ia tidak jadi menyewa. Di sini, ternyata aktivitas mengingat terikat pada kontak kembali antara pengalamannya dengan objek; seandainya tidak ada kontak berarti tidak terjadi mengingat. Dalam mengenal kembali, pada tataran mental seseorang akan muncul tanggapan-tanggapan dan penilaian baru terhadap objek bersangkutan. Tanggapan dan penilaian baru, ini  adakalanya memperkuat tanggapan dan penilaian lamanya di saat pertama ia berjumpa dengan objek di masa lampau, dan ada kalanya berbeda dengan tanggapan terdahulunya. Kedua, dalam mengingat kembali (reproduksi), dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan seperti telah dicontohkan di atas (siswa yang berdamawisata).
Berpikir oleh Jalaludin Rakhmat (1985:86) dibagi dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun; fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistik, di sebut juga  nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.
Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris reasoning menurut kamus The Random House Dictionary berarti  the act of process of a person who reasons (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan oleh seseorang). Sedangkan reason berarti the mental powers concerned with forming conclusions, judgements of inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian). Jadi, yang membedakan pelajar dengan orang yang bukan pelajar, mahasiswa dengan pemuda bukan mahasiswa adalah faktor penalarannya; dan yang membedakan pelajar dengan pelajar lainnya, mahasiswa dengan mahasiswa lainnya adalah kadar kekuatan penalarannya atau daya nalarnya. Ini ditentukan oleh individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sistesis.

b.      Faktor-faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1.    Faktor Lingkungan
·      Lingkungan sosial
a.    Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b.    Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
c.    Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. Lingkungan sosial yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis di depan kelas tersebut, apalagi obrolan tersebut diiringi dengan gelak tawa yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena itu hendaknya sekolah didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.
·         Lingkungan nonsosial
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a.    Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. Belajar pada tengah hari diruang yang memiliki ventilasi udara kurang, tentunya akan berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam ruangan yang cukup mendukung untuk benafas lega.
b.    Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.    Faktor instrumental,
Faktor instrumentalyaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
a.    Sarana dan Fasilitas,
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Jumlah ruang kelas pun harus menyesuaikan peserta didik. Karena jika anak didik lebih banyak dari pada jumlah kelas, akan terjadi banyak masalah, yang tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar anak.
Selain fasilitas, sarana pun tidak boleh diabaikan. Misalkan perpustakaan. Lengkap tidaknya buku di sekolah tersebut akan menentukan hasil belajar anak didik. Karena perpustakaan adalah laboratoriun ilmu yang merupakan sahabat karib anak didik.Selain itu fasilitas yang digunakan guru dalam pengajaranpun harus diperhatikan.Misalkan LCD dan sebagainya. Karena ini akan memudahkan dalam pembelajaran.
b.    Guru
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Maka, kehadiran guru mutlak didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar disekolah. Jangankan tanpa guru, kekurangan guru saja akan menjadi masalah.
Tetapi, harus diperhatikan juga guru yang seperti apa yang bisa menyukseskan belajar anak. Karena guru haruslah memenuhi syarat-syarat menjadi guru.Dia harus berpengetahuan tinggi, profesional, paham psikologi anak didik, dan sebagainya. Karena guru yang berkualitas, akan menentukan kualitas anak didik.
c.       Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum belajar mengajar tidak dapat berlangsung, karena materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran harus direncanakan terlebih dahulu. Dan perencanaan tersebut termasuk dalam kurikulum, yang mana seorang guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya.Sehingga dapat diukur dan diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang dilaksanakan.
Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Karena guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk ketercapaian kurikulum.Misalkan, jumlah tatap muka, metode, dan sebagainya harus dilakukan sesuai dengan kurikulum. Jadi, kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.
Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakini tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar. Misalnya kita lihat pada sisi tujuan kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan.Agar dapat mencapai ke arah itu di perlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus di manfaatkan sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. Oleh karena itu setiap ada perubahan tujuan kurikulum maka bisa dipastikan ada perubahan keinginan. Bisa dipastikan juga bahwa perubahan tujuan itu akan mengubah program atau bahan (mata pelajaran) yang akan diberikan bahkan mungkin dengan ruang lingkupnya masing-masing. Dan demikian juga pada aspek-aspek lainnya, termasuk pada aspek sarana dan fasilitas. Demikian itu akan berdampak pula pada kompetensi yang harus dimiliki para guru.
Keterkaitan atau pengaruh itu digambarkan oleh E. De Corte (Winkel, 1987:31) dalam bagan berikut ini:











Text Box: (3)

             Gambar
                      Model “Kegiatan Didaktik” Menurut E. De Corte
Penjelasan Diagram:
(1)     Tujuan instruksional: apa yang menjadi tujuan dari proses belajar-mengajar.
(2)     Keadaan awal: diartikan dengan dua cara:
§ Dalam arti luas: Keadaan siswa, guru, jaringan sosial di sekolah dan di kelas, sekolah sebagai institusi pendidikan, faktor-faktor situasional.
§ Dalam arti sempit: kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat).
(3)     Evaluasi: diartikan dengan dua cara:
§ Penilaian terhadap hasil belajar siswa yang telah tercapai, sesuai dengan tujuan instruksional (evaluasi produk), baik dalam aspek isi maupun dalam aspek jenis perilaku.
§ Penilaian terhadap proses belajar-mengajar, dengan mengingat tujuan instruksional dan keadaan awal (evaluasi proses).
(4)     Proses belajar: kegiatan mental yang dilakukan siswa menurut fase tertentu dan sesuai dengan jalur belajar tertentu.
(5)     Prosedur didaktik: cara-cara mengatur kegiatan belajar-mengajar.
(6)     Materi pelajaran: menyangkut aspek isi dari tujuan instruksional; pokok bahasan.
(7)     Pengelompokkan siswa: cara-cara membentuk kelompok-kelompok di dalam kelas.
(8)     Media pembelajaran: alat-alat bantu dan media pembelajaran yang digunakan guru atau ditawarkan kepada siswa untuk digunakan.
(9)     Proses belajar-mengajar: interaksi antara kegiatan guru dan kegiatan siswa selama periode waktu tertentu.
ààmenggambarkan kaitan/arah pengaruh.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, terjadilah interaksi antara guru dan siswa, namun interaksi ini bercirikan khusus, karena siswa menghadapi tugas belajar dan guru harus  mengajar disimpan di pusat dan digambarkan dalam bentuk lingkaran. Dengan demikian, interaksi antara kegiatan mengajar yang meliputi penentuan prosedur-prosedur didaktik, media pembelajaran, bentuk-bentuk pengelompokkan siswa serta materi pelajaran, dan kegiatan belajar yang meliputi menjalani suatu proses belajar, menjadi lebih jelas. Komponen-komponen yang lain, yaitu tujuan instruksional, keadaan awal dan evaluasi hasil belajar, berada di luar proses itu dan karenanya, tetap merupakan bagian dari kegiatan didaktik. Maklumlah, guru yang menentukan tujuan instruksional khusus, menyelidiki pula bagaimanakah keadaan awal dan juga mengadakan evaluasi hasil belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal di atas bila diskemakan akan tampak seperti pada diagram berikut:












Gambar
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar  
BAB II
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan diluar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan.
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal  Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1.      Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
2.    Faktor-faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial




B.     SARAN
Sebagai seorang calon pendidik, kita harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Oleh karena itu kita harus memperhatikan segala aspek yang mempengaruhi hal tersebut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam proses belajar sehingga dapat mendorong peserta didik untuk belajar dengan baik dan bekerjasama untuk meraih hasil belajar yang maksimal.
Penyusun menyadari bahwa isi dan sistematika penyusunan makalah ini masih belum sempurna.Penyusun mengharapkan semoga para pembaca bisa memberikan masukan kepada penyusun. Semoga makalah ini dipergunakan sebaik-baiknya.




















DAFTAR PUSTAKA

Munadi Yudhi.2008.Media Pembelajaran.Ciputat: GB Press.
Sumber referensi internet:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar